Pertemuan Pertama Yang Tak Tersampaikan

Posted by R n B Sabtu, 31 Oktober 2009, under | 0 komentar
ne kisah nyata yang kami alami, kisah perjuangan seseorang ketika ingin menemui orang yang sudah lama tidak ditemuinya. namanya kami rubah, silahkan membaca, maaf bila menurut kalian cerita ini hanya biasa saja.

pemeran :
Q : ujang ( anggap saja itu namany)

“Diluar sepertinya bakalan hujan lebat, gimana pulang nanti ya?” Kata ku dalam hati. Saat itu cuaca memang sedang tak bersahabat, awan terlihat mendung, angin terasa sangat kencang. Sedang saat itu aku berjanji pada seseorang untuk bertemu pertama kalinya. Sudah lama ku nantikan hari ini.
Tapi keliatannya alam tak mengizinkan. Ah, hancur sudah!
“Dan, jadi nanti gak beli kaset rekaman untuk tugas bahasa Indonesia? Aku juga mo cari nih..” Setyo bertanya padaku.
“Jadilah, memangnya tega aku liat nilai ujian ku kacau? Tapi aku bingung nih, antara iya dan tidak.”
“Heh, mulai lagi plin plannya.. jadi atau enggak nih? Mumpung aku temani.”
“Iya2, cerewet.. tapi aku ada janji nih ma orang.”
“Janji apaan? Bayar hutang?” celetuk setyo.
“Enak aja, memangnya sama dengan kau, beli pulsa ngutang dulu, udah nombok belum dibayar.” Balasku.
“Sssttt…. Berisik, diam2 jha. Memangnya janji apaan?
“Gini, aku janjian ma seorang adek kelas, disekolahnya. Hari ini aku janjian ma dia untuk bertemu. Sejak sebuah kejadian.”
“Cewek cowok? Kejadian apa?” Timpal Setyo.
“Ya cewek lah, memangnya kau, MAHO, pedopil, hahaha…. Kau msih kecil, lom cukup umur untuk mengetahuinya. Eh, jadi gimana nih? Aku takut gak sempat. Aku gak mau menyia2kan kesempatan ini.”
“Sialan kau. Jadi, kau maunya gimana?”
“Rencana aku habis beli kaset aku langsung kesekolah dia, ketemu dia. Kaukan alumni sekolahnya, jadi kau wajib temani aku juga. Kan kita sahabat sehidup semati, aku hidup kau mati, hehe…”
“Heh, iya2… Dasar maniak.” Kata setyo sambil kesal.
Jam pelajaran telah usai, akupun pergi ke toko tempat jual kaset rekaman bersama setyo dan fre. Karena lagi gak bawa motor, terpaksa aku numpang dengan setyo. Hari semakin mendung, angin terasa sangat kencang, awan sangat hitam seolah menggambarkan hatiku yang gelisah. Ketika dipertengahan jalan, tiba2 hujan datang dengan lebatnya. Aku menjadi panik.
“Oi setyo, cepetan, ntar kebasahan nih…”
“Alah, kau ini kucing ya? Takut amat dengan air.”
“Heh, gak mungkin dong aku ketemu dia sambil basah2, ntar dikira gembel kehujanan. Klo gitu pinjam deh jaket kau.”
“Gak, enak aja, basah aku nanti.”
“kau juga jarang mandi, dekil.” Kataku sambil mencibir. Setyo Cuma mendengus kesal. Dengan gigi gemetar, aku masuk ke toko kaset dan membeli barang yang mo dibeli. Hari masih hujan lebat, aku sangat kedinginan, sampai jari2ku membeku dan sulit digerakkan.
“Duh, gimana nih? Batal deh pertemuanku, ah sedih…” kataku pilu.
“Relakan jha deh, kan bisa kapan2 ketemuannya.” Jawab setyo asal.
“Enak jha, kau pikir aku dah berapa lama nunggunya?” jawabku kesal.
“Sabar.. yaudah, kita langsung jha kemutir, pergi kita lagi?”
“Gila, yang benar ajalah, hujan lebat gini? Mau kau disambar petir?”
“Demi janji kaukan?”
Mendengar setyo bilang seperti itu aku terdiam. Sepertinya apa yang dia bilang benar, demi 1 buah janjiku. Aku rela memenuhi janjiku walaupun aku kehujanan.
“Oke, berangkat kita sekarang?” ikut kau fre?”
“Ah, aku gak ikut, motor aku masuk angin, gak mo nyala. Kalian berdua jha, aku tunggu hujan reda.”
“Oke, klo mau nyusul nanti ke mutir ya, kaukan juga alumni situ.”
“Oke, hati2 dijalan, jangan sampai terpeleset.”
Dengan cepat aku dan setyo langsung melesat menuju mutir. Dengan waktu yang sempit, aku melaju dengan cepat meski aku gemetar kedinginan. Tak peduli jalanan becek, yang penting selamat sampai tujuan.
“Dan, klo kita terpeleset dan jatuh gimana ya?”
“Paling masuk rumah sakit dan dikuburkan.” Jawabku cuek.
Akhirnya, kami sampai juga dengan selamat, dengan kondisi yang masih membeku. Saat itu hujan juga agak sedikit mereda. Aku duduk diluar dekat kantin, biasanya anak2 lewat depan kantin klo mau pulang.
“Dan, gimana, dia nya ada gak?”
“Gak tau tuh, dari tadi aku juga cari2, tapi kayaknya dia gak ada deh.”
“Aduh, cari dia dong, mo sampai kapan kita kedinginan disini?” Setyo mulai gak sabar.”
“Sabar..”
“kapan mo bertemunya?” Kata setyo mulai geram.
“Sabar..”
“Oy, dari tadi aku penasaran, siapa sih namanya?”
“susi” jawabku singkat.
Setelah beberapa menit, susi gak keliatan sama sekali, hatiku udah harap2 cemas, pengen banget ketemu dia.
“Eh, disana ada tangga bawah kan? Coba liat kesana yok, mana tau dia nunggu bus disana.”
Kami pergi kesana, tapi sosok bella juga gak ada keliatan.
“Gak ada juga, balik jha lagi.”
“Bodoh banget kita ya, kenapa gak kita telp jha? Kata setyo.
“Kita? Kau aja lah ya.. sini, pinjam HP kau, pulsaku kere nih..”
Aku meraih HP setyo dan mulai mengetik no bella. Hatiku deg2kan.
“Halo?” Suara susi terdengar dari kejauhan ntah dimana.
“sus, ni bang ujang, lagi dimana?”
“Dibus, kenapa bang?”
“Yah, gak jadi ketemuan dong?” Kataku mulai kecewa.
“Eh, bang dah disekolah? Kok gak bilang2 dari tadi? Busnya dah mo berangkat nih.”
“Yah, yaudah deh, kapan2 jha. Mungkin memang gak ditakdirkan.” Kataku sambil menghela nafas kecewa.
“Duh, maaf ya bang. Bang udah capek2 kesini, aku malah gak bisa ketemu. Maaf ya bang..”
“Gak apa2, hati2 dijalan ya..” Kataku sambil menutup telp.
“Gimana Dan? Dia dimana?”
“Dia dibus, udah mo berangkat.” Kataku lesu.
“Yah, batal dong ketemuannya?”
“Iya, memang gak ditakdirkan aku ketemu ma dia. Yaudah deh, antarin aku pulang kerumah, sekalian mandi. Kau juga mandi jha dirumah aku, ntar ku pinjami jaket aku.”
Akhirnya, hari itu menjadi pertemuan pertama yang tak tersampaikan. Aku pulang dengan langkah kaki yang berat. Hujan kembali lebat, seolah ikut merasakan perasaanku dan sedih bersama.

One Response to "Pertemuan Pertama Yang Tak Tersampaikan"

Slide show